Raden Ajeng Kartini, Pejuang Kesetaraan Hak Perempuan

21 April 2022
Administrator
Dibaca 2.632 Kali
Raden Ajeng Kartini, Pejuang Kesetaraan Hak Perempuan

Raden Ajeng Kartini dikenal sebagai pahlawan nasional yang memperjuangkan kesetaraan hak bagi perempuan. Raden Ajeng Kartini adalah putri Bupati Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, dan Mas Ajeng Ngasirah yang lahir di Jepara, pada tanggal 21 April 1879.

Raden Ajeng Kartini merupakan sosok yang aktif dan lincah. Ia juga berani dengan pemikirannya yang kritis. Karena tingkahnya yang aktif, ia dipanggil Trinil atau Nil oleh ayah dan saudaranya.

Dalam buku R.A. Kartini: Biografi Singkat 1879-1904 karya Imron Rosyadi, disebutkan bahwa kakek Kartini, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, sudah diangkat sebagai bupati di usianya yang baru menginjak 25 tahun. Dirinya juga mendidik semua anak-anaknya dengan ajaran Barat. Bahkan, mendatangkan guru khusus dari Belanda.

Raden Ajeng Kartini cukup beruntung karena mendapatkan pendidikan langsung di sekolah Belanda, yakni ELS (Europese Lagere School). Sekolah ini hanya diperuntukkan bagi masyarakat Belanda dan orang-orang penting dari masyarakat Jawa. Raden Ajeng Kartini merupakan sosok yang cerdas.

hari-kartini-01

Raden Ajeng Kartini sering berkirim surat dengan salah satu sahabat penanya yang merupakan orang keturunan Belanda, Rosa Abendanon. Kegemarannya dalam membaca buku, membuat wawasan Kartini menjadi lebih terbuka. Kemudian muncul pemikiran ingin memperjuangkan kesetaraan hak perempuan. Seorang wanita juga perlu memperoleh persamaan, kebebasan, otonomi serta kesetaraan hukum. Kartini mulai memberi perhatian lebih pada adanya gerakan emansipasi wanita.

Setelah menikah denga Bupati Rembang, Adipati Ario Singgih Adhiningrat pada tahun 1903, Raden Ajeng Kartini memutuskan mendirikan sekolah sendiri. Beliau mendirikan sekolah wanita dengan tujuan memberikan kebebasan pendidikan bagi wanita pribumi.

Raden Ajeng Kartini wafat pada 17 September 1904 setelah melahirkan putra pertamanya Soesalit Djojoadhiningrat.

Surat-surat yang ditulis Raden Ajeng Kartini semasa hidupnya menjadi peninggalan yang kemudian menginspirasi banyak wanita Indonesia karena berisikan tentang perjuangannya mengenai status sosial hak para wanita pribumi. Bukti perjuangan Raden Ajeng Kartini tersebut kemudian disusun dalam buku yang berjudul Door Duisternis tot Licht, dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan "Habis Gelap Terbitlah Terang"